Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

?>

Thursday, June 30, 2011

7 Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif


Diagram 7 Habits of Highly Effective PeopleBuku "7 Habits of Highly Effective People" (7 Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif) adalah sebuah buku laris yang disusun Stephen Covey, lulusan Harvard University dan merupakan penulis buku terlaris mengenai kepemimpinan.
Untuk dapat memahami isi buku ini, pertama-tama kita harus memahami dulu apa yang dinamakan Paradigma. Sebab, dalam konsep buku ini, paradigma merupakan sesuatu yang sangat sentral dalam kehidupan kita.

Apakah arti paradigma?

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan paradigma adalah (1) Model/Pola; (2) kerangka pikir. Tetapi sebetulnya paradigma termasuk kata yang cukup sulit dijelaskan. Untung saja cukup banyak sinonimnya dalam bahasa Indonesia. Dari pengalaman mereka yang biasa mengajarkan tentang paradigma disimpulkan bahwa paradigma tidak lain adalah sebuah cerita. Cerita yang bisa dihayati oleh sekelompok orang/masyarakat/ individu, yang menjadi pedoman bagi tingkah laku kita yang menjadi panduan bagi kehidupan kita.
Cerita tersebut tidak harus berupa cerita formal yang diulang-ulang. Dan paradigma begitu luas aplikasi bisa di dunia bisnis, rumah tangga, pribadi, agama masyarakat. Paradigma juga bisa tercipta dalam pikiran kita melalui teladan yang kita lihat - dari orang tua, guru, ulama, dan sebagainya, dan kemudian menjadi cerita mini yang kita hayati dan kita hidupi. Selain itu,.paradigma juga dapat menentukan bagaimana cara kita hidup, cara kita berpikir, dan cara kita berperilaku.
Bagaimana kaitan paradigma dengan 7 kebiasaan manusia efektif? Kaitannya sangat jelas. Struktur atau konsep dari 7 Habits itu adalah paradigma untuk berhasil. Untuk menjadi manajer teladan, untuk menjadi manajer yang efektif untuk menjadi orang tua yang efektif. Itu sebabnya disebut "highly effective people". Itu adalah paradigma yang ditawarkan oleh penulisnya. Paradigma baru untuk berhasil terdiri dari7 kebiasaan atau 7 karakter.
Bagaimana paradigma itu berpengaruh dan berkaitan dengan tindakan kita? Kita melihat bahwa paradigma, kemudian menentukan sikap kita menentukan tindakankita. Dan tentu saja dari tindakan itu ada hasilnya yang memperkuat atau memperlemah paradigma kita. Jadi kalau itu terus-menerus berlangsung, tindakan diulang-ulang maka terjadilah habits atau kebiasaan. Kalau kebiasaan diulang-ulang, maka dia akan menjadi perilaku yang mulai mapan. Istilah yang lebih kuat lagi itu disebut karakter atau watak - itu sudah berakar berurat di dalam diri kita sebagai hasil dari paradigma.
Dari sini terlihat dua hal: Pertama, konsep 7 Habits itu sendiri adalah paradigma. Kedua, untuk mengembangkan karakter itu juga dibutuhkan paradigma. Perubahan paradigma Yang dapat mengubah kebiasaan (habit) tidak cukup dengan paradigma yang setengah-setengah, harus dengan paradigma yang super dramatis - dalam istilah beragama itu disebut bertobat - berubah total atau harus mengalami pengalaman pahit.



Kebiasaan 1: Jadilah Proaktif. Arti kata proaktif tidak kita temukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Proaktif artinya lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Menurut Covey, pada intinya manusia diberikan anugerah oleh Sang Pencipta berupa kebebasan untuk memilih. Kebebasan memilih ini didasarkan pada kesadaran diri, imajinasi (kemampuan untuk mencipta di dalam benak kita di luar realitas kita yang sekarang), suara hati (kesadaran.batin Yang,dalam tentang benar dan salah tentang prinsip-prinsip yang mengatur perilaku kita, dan pengertian tentang tingkat di mana pikiran dan tindakan kita selaras dengan prinsip-prinsip tersebut), dan kehendak bebas (kemampuan bertindak berdasarkan kesadaran diri kita, bebas dari seluruh pengaruh lain). Manusia yang proaktif adalah manusia yang mampu menggunakankebebasannya untuk memilih respon atas suatu rangsangan berdasarkan nilai yang dianutnya. Dengan kata lain, manusia yang proaktif adalah manusia yang dewasa, andal dan terpercaya. Dewasa bukan dalam arti umur tapi moral. Andal artinya dapat diandalkan (profesional) untuk bidang yang menjadi profesinya serta dapat menutup kesenjangan antara antara apa yang seharusnya dan antara apa yang ternyata ada. Terpercaya artinya terpercaya secara moral (mengambil tindakan dengan efektif dan efisien).
Kebiasaan 2 :Visioner (berorientasi pada hasil). Yang dimaksud dengan visi adalah kemampuan kita melihat hasil akhir yang kita harapkan -bayangan cita-cita yang kongkrit. Misalnya, visi mahasiswa baru adalah membayangkan lima tahun lagi berdiri dilantik oleh rektor dalam wisuda dengan jubah sarjana, dan gelar baru . Orang yang memiliki visi adalah orang yang berhasil. Tapi kalau tidak memiliki kedewasaan, maka visinya tinggal angan-angan, bagai pungguk merindukan bulan. Dia tidak punya kekuatan (power) untuk mencapai cita-citanya. Jadi kita harus mempuyai visi yang jelas, yang tidak meragukan, yang membuat kita sendiri tertarik dan terpikat dengan visi tersebut. Dengan visi, seseorang bisa mengubah rawa menjadi perkotaan, tempat yang kumuh menjadi tempat yang asri, kemiskinan menjadi kekayaan, terjajah menjadi merdeka, sakit menjadi sehat, binasa menjadi selamat, primitif menjadi modern, tak adil menjadi adil,kacau menjadi tertib. Tetapi dalam bentuk yang kongkrit, visi itu tidak hanya dalam bentuk yang besar-besar saja, tapi juga yang ringkas, harian, mingguan, bulanan, tahunan, masa tua, dan sebagainya. Kita harus bisa membayangkan, hari ini saya harus mencapai apa, minggu ini target saya apa, bulan ini target saya apa, tahun ini target saya apa, di masa tua nanti targetapa , begitu seterusnya secara rinci harus dikonkritkan. Inilah yang dinamakan kita memiliki tujuan hidup yang jelas. Sebab kalau jelas targetnya kita akan bersedia bekerja keras dengan segenap keahlian kita merealisasikan tujuan tersebut. Orang yang mempunyai kebiasaan berpikir hasil,berorientasi hasil didukung dengan kedewasaan yang kuat, akan Anda saksikan beda dengan masyarakat kebanyakan: aktivitas mereka jelas sekali bedanya. Orang lain lagi sibuk nonton dia belajar: Orang lain sibuk hura-hura, dia tekun melatih dirinya. Orang lain libur menghabiskan uang, dia justru mengumpulkan uang. Visi harus didukung rencana.juga kesabaran dan konsisten walau banyak halangan.
Kebiasaan 3: Mengutamakan hal-hal utama. Kebiasaan ketiga ini erat kaitannya dengan bagaimana memanajemeni waktu. Pertama penting tapi belum mendesak. Itulah kegiatan utama yang harus mendapat prioritas tertinggi. Umpamanya: membuat rencana kerja - jangan tunggu pekerjaan kita mendesak, rencanakan dulu sebelumnya. Contoh lain: menabung. Jangan menunggu kebutuhan yang biayanya besar mendesak, baru persiapkan dan rencanakan dulu dengan menabung. Memang konsekuensinya kita harus menunda keinginan untuk makan di restoran, misalnya. Contoh yang lain lagi: sholat. jangan sampai dekat dengan ajal, baru terdesak untuk sholat. Konsekuensinya, kita harus berani menunda kenikmatan tidur agar bisa sholat subuh. Tampak dari contoh tersebut, kita harus berperang melawan kenikmatan. Penderitaan itu juga bisa didefinisikan sebagai menunda/menolak kenikmatan. Tapi kalau kita tidak mau menunda yang nikmat ini, kita akan kecanduan kenikmatan tsb. dan tidak pernah tumbuh menjadi dewasa mantap, dan mapan. Ini musuh kita. Kedua: penting dan mendesak. Misalnya: menyelesaikan laporan karena besok rapat. Akhirnya hasilnya jelek karena mengerjakannya terburu-buru. Ketiga: tidak penting dan tidak mendesak. Hal seperti ini biasanya bersifat kesenangan dan kenikmatan, jadi sedapat mungkin dihindari. Misalnya: nonton TV kebanyakan, tidur kebanyakan, dan sebagainya. Empat: tidak penting tapi mendesak. Sejumlah rapat itu tidak penting. Banyak rapat yang berguna. Tapi banyak rapat tidak penting. Begitu juga dengan resepsi, banyak resepsi yang tidak penting. Konsentrasi waktu dan aktivitas kita kepada hal-hal yang penting-penting saja , baik yang tidak mendesak maupun yang mendesak . Untuk hal yang tidak penting, baik mendesak maupun tidak mendesak sedapat mungkin dihindari. Inilah yang dimaksud dengan karakter yang ketiga tersebut: kemampuan mengutamakan hal-hal utama.
kebiasaan4: Berpikir Menang-menang (Win-win). Artinya adalah dalam hubungan kita dengan relasi utama kita -- atasan, bawahan, pelanggan, keluarga, dsb -- pola hubungan kita bersifat saling menguntungkan. Artinya kalau kita berbisnis, dua-duanya saling memuaskan dan menggembirakan. Ini tentu mudah diterima akal sehat, karena memang seharusnya demikian. Kesulitannya adalah dalam kenyataan kadang-kadang kita harus kalah dan orang lain harus kalah. jadi dibutuhkan suatu sikap di mana kita megembangkan suatu kreativitas supaya orang lain harus dimenangkan juga, karena dalam interaksi kita dengan orang lain adalah mungkin kita kalah tapi hanya sementara. Kalau kita kalah terus itu tandanya kita bodoh. Dan kalau kita selalu menang terus setiap interaksi itu mungkin saja kita curang. Mungkin sekali saya harus mengalah untuk lain kali menang. Itu masih mungkin. Jadi WIN-WIN. Itu yang dimaksud dengan karakter keempat, yang intinya adalah kita harus menjadi orang yang baik hatinva tidak berniat merugikan orang lain.
Kebiasaan 5: Memahami dulu, baru dipahami. Inti dari kebiasaan kelima ini adalah pro-orang dan melayani orang lain: atasan kita, bawahan kita, keluarga kita teman kita, dsb. Melayani berarti bersikap memelihara dan mengayomi (melindungi). Bila itu tidak dilakukan, artinya orang itu membunuh sendiri rejekinya. Kalau kita bersikap melayani dengan baik kepada orang lain, mereka akan menghasilkan pendapatan yang berlipat ganda atau istilahnya "telur-telur emas" bagi kita. Kalau kita melayani atasan kita dengan memberi pekerjaan yang baik; hasil kerja bermutu tinggi. lstilahnya "telur emas" bagi sang atasan. Maka atasan akan sayang kepada kita. Dia akan memberi pekerjaan yang lebih baik kepada kita. Dia memberi tangung jawab yang lebih besar kepada kita sehingga kita menerima telur emas. Kalau kita besikap memelihara kepada anak buah kita dengan membina mereka memberi perhatian menolong mereka, maka mereka akan bertelur emas bagi kita dalam bentuk loyalitas, rasa hormat dan pekerjaan yang baik. Kalau kita mengasihi anak dan istri/suami kita maka kita akan menerima cinta kasih dari mereka perawatan dari mereka, suka cita dari mereka, kebahagiaan dari mereka. Kalau kita memelihara hubungan dengan kawan kawan kita diluar, kita baik kepada tetangga, kita melayani mereka, maka kita akan ditolong. Kita akan dibantu. Karakter ini jelas kita lakukan kalau karakter karakter yang lain ada. Urutannya memang demikian. Karena tanpa yang pertama, yang kedua tidak akan begitu dan seterusnya sampai yang kelima.
Kebiasaan 6 :Sinergi/Kerjasama. Inti dari kebiasaan keenam ini adalah sinergi agar tercapai produktivitas yang tinggi melalui kerjasama. Jadi diperlukan kerendahan hati untuk bersama-sama membantu dan dibantu orang lain dalam rangka membentu kelompok tim dengan orang lain bagaikan lima jari tangan kita. Untuk itu perlu diperhatikan bahwa musuh terbesar kita adalah rasa puas diri dan kesombongan. Inilah awal keruntuhan kita. Dan sebetulnya, sinergi adalah inti dari gotong royong. Untuk itu diperlukan kecerdasan. Ini penting agar kita tahu bagaimana caranya kumpul dalam tim itu mendatangkan hasil yang lebih besar.
Kebiasaan 7: Terus mengasah diri. Kebiasaaan ketujuh sifatnya adalah pengembangan diri. Semua karakter yang enam di atas itu perlu di putar oleh sumbu yang di dalam yakni karakter pembelajar dalam diri kita. Ini adalah karakter yang diperlukan bagi mereka yang ingin terus maju. Dan itu terdiri dari dua bagian/komponen utama. Pertama: sikap. Sedikitnya kita harus memiliki 7 macam sikap positif yang ada dalam diri kita: (1) Keinginan untuk maju; (2) Kemauan untuk mencoba mengimplementasikan enam kebiasaan tersebut agar diperoleh keterampilan, kemampuan, kompetensi dan profesionalisme; (3) Terbuka terhadap ide-ide baru; (4) Bersedia bingung, dalam menggabungkan ide-ide dan bertahan dalam alam kondisi perubahan ketika terjadi pergeseran paradigma; (5) Berani untuk gagal, karena setiap upaya ada risiko gagalnya; (6) Percaya diri. Berani mengambil risiko. Kedua: ilmu. Di sini dituntut adanya kepedulian (concern), wawasan, pengertian, dan paradigma. Nabi Sulaeman berkata: Tanpa pengertian, kerajinan pun sia sia. Jadi agar sikap positif dapat berputar diperlukan pemahaman, pengertian, dan konsepsi yang benar.

Sumber: Ceramah Jansen Sinamo - Dale Carnegle Indonesia dan Buku "7 Kebiasaan Orang-orang Yang Sangat Efektif". Dirangkum oleh Aji Ibrahim.

0 comments:

Post a Comment

paypermails.com

CLICK IT !

Place Your Ads Here

ads ads ads ads
!-- Clicksor.COM -->
peluang usaha
banner 300 x 300