Seperti kita semua pelajari waktu kelas 1 SD, Ibu Budi pergi ke pasar. Walaupun di sebelah rumahnya ada minimarket yang terang benderang dan ber-AC dingin, Ibu Budi lebih suka naik becak pergi ke pasar yang agak becek bersama anaknya tercinta, Laura. Kenapa? Karena di pasar Ibu Budi bisa bergosip ria bersama teman-temannya. Lagi pula, sejak jaman Nyonya Meneer sudah berdiri, Ibu Budi selalu berbelanja ke pasar tersebut. Moeilijk om gewoonten te veranderen.
Bedanya sekarang Ibu Budi tidak membawa dompet. Di tangannya tertenteng sebuah hape made in China seharga 250 ribu rupiah. Biar murah tapi tetap meriah, begitu katanya. Dibawa bukan untuk bergosip ria, gosip di pasar cukup pakai mulut. Hape itu untuk bertransaksi onlein (on line). "Lha, koq bisa?", demikian tanya si abang becak keheranan. "Ya bisa dong, kan sekarang ada KERaN", jawab si Ibu dengan muka sumringah. Abang becak tambah bingung, apa hubungannya ya dompet dengan ledeng, begitu pikirnya.
Akhirnya Ibu Budi sampai ke pasar, sebuah pasar tradisional yang ramai dikunjungi ibu-ibu berkebaya. Di lapak Bang Doel langganannnya, Ibu Budi memilih barang-barang keperluannya sehari-hari, mulai dari beras, minyak goreng, gula, sampai jamu langsing singset ramuan putri Solo yang sekarang sudah dikemas secara modern. Total-total terhitung sejumlah 520 ribu. "Padahal kalau jumlahnya segini kan tinggal saya kirim ke rumah, Bu, ga usah jauh-jauh ke sini.", kata Bang Doel. Ibu Budi mengangguk pelan sambil bergumam lirih, "Iya, nanti tolong dikirim ke rumah ya Bang. Ngirimnya gratis tokh, ga pake bayar. Ke sini kan kan skalian ngegosip, Bang..."
Ibu Budi lantas membuka hapenya. Jari-jarinya dengan lincar menari di atas tombol-tombol hape kesayangannya itu. "Bentar ya Bang, masuk fesbuk dulu", kata Ibu Budi. Sebuah pesan notifikasi masuk, isinya "Rio Surio dan 12 lainnya bergabung di grup KERaN Anda hari ini". Ibu Budi tersenyum kegirangan. Sejak bergabung di KERaN, bukan cuma biaya belanja jadi gratis (terbayar dari bonus), bahkan bonus bulanannya sudah mengalahkan gaji sang suami yang berstatus manajer di sebuah bank swasta terkenal. Dalam sehari, belasan notifikasi facebook semacam itu diterimanya. Artinya, pundi-pundi uangnya semakin besar!
Ibu Budi meneruskan masuk menu 'pemesanan'. Dicatatnya jumlah barang-barang yang baru dibelinya. Setelah mencocokkan sekali lagi, ditunjukkannya layar hape tsb ke Bang Doel. Bang Doel mengangguk. Selintas dilihatnya nomor DP-nya di sudut kanan bawah. Memang sudah setahun ini Bang Doel menjadi Distribution Point. Sejak jadi DP pelanggannya selalu bertambah setiap hari. Sama seperti Ibu Budi, para pelanggannya setia tak mau beralih ke lain tempat. Bagaimana tidak loyal, sebagian besar pelanggannya adalah downlinenya juga.
Ibu Budi lalu menekan tombol OK. Point eWalletnya ditransfer seketika itu juga menjadi kredit DP Bang Doel. Proses transaksi selesai. Dengan ringan Ibu Budi beranjak ke kedai nasi di sebelah, markas ibu-ibu gosip bersidang umum. Sejak jadi pelanggan RealPOINT di KERaN, tangannya tidak lagi pegal membawa pulang 25 kg beras setiap bulan, 4 liter minyak goreng, beberapa pouch berbagai jenis sabun cair, dsb. Sesuai aturan di KERaN, untuk pembelanjaan minimal 500rb DP akan mengantarkan barang-barangnya tanpa ongkos tambahan.
Ternyata teman-temannya belum datang. Daripada bengong, Ibu Budi kembali mengutak-atik hapenya. Diceknya jumlah pertambahan raihan point tutup buku kemarin. Sudah 8 digit! Di bagian tengah layar tampak kotak pesan, "Selamat! Bulan ini jumlah poin terkonfirmasi Anda sudah mencapai 10 juta rupiah / lebih. Kabarkan rekan-rekan Anda tentang prestasi Anda ini. Tulis ke dinding?". Ibu Budi memilih tombol "Post". Dalam sekejar ribuan teman-temannya mendapatkan update informasi ini. Tak lama seorang temannya, Ibu Ida, mengirim comment. "Wah, keren Bu, bisa dapat uang banyak... bagi-bagi donk rahasianya..."
"Nah, ini dia...", gumam Ibu Budi. Dipilihnya menu "Undang Teman". Muncul kotak dialog, "Undang teman Anda untuk menggunakan aplikasi RealPOINT". Dari daftar teman, dipilihnya nama Ibu Ida. "Undangan terkirim".
1.000 km dari pasar tersebut, Ibu Ida sedang duduk di rumahnya. Undangan aplikasi RealPOINT dari Ibu Budi diterimanya (accept invitation). Muncul penjelasan singkat tentang KERaN dan peluang wirausaha RealPOINT. Kemudian muncul chat pop-up, salah satu fitur facebook yang paling sering ia gunakan. Ternyata dari Ibu Budi. "Bu Ida, kalo ngomongnya pake ngetik kan susah ya, itu di sudut kanan atas ada gambar telepon, diklik ya Bu." Mengikuti petunjuk Ibu Budi, Ibu Ida mengklik icon telepon tersebut. Muncul jendela dialog bertuliskan "Google Chat", diikuti bunyi telepon berdering dan muncul lagi pesan "Ibu Budi mengajak Anda untuk menggunakan Video Chat. Terima ajakan ini?" Ibu Ida mengklik tombol "OK". Muncul gambar Ibu Budi sedang tersenyum lebar. "Halo Bu Ida, lama tidak bertemu..." Beberapa menit mereka berdua bertegur sapa melepas kangen. Maklum sudah 3 bulan tidak berjumpa sejak acara arisan terakhir.
Pembicaraan akhirnya sampai ke topik bisnis. "Ya itu peluang bisnisnya, Bu Ida. Cuma memindahkan pembelanjaan kita sehari-hari. Gampang banget...", kata Ibu Budi. Ibu Ida menangguk-anggukkan kepalanya, menyimak lembar demi lembar slide presentasi Power Point yang muncul di layar monitor komputernya. Slide yang sama juga muncul di layar ponsel Ibu Budi, cuma lebih kecil tentunya. Tokh Ibu Budi sudah hafal luar kepala isi slide tersebut, melihat sekilas saja Ibu Budi tahu slide mana yang sedang dibaca Ibu Ida. Lewat video call, Ibu Budi dengan lancar menjelaskan slide-slide tersebut.
15 menit kemudian penjelasan selesai. Ibu Ida tampak sangat bersemangat dengan peluang usaha yang baru dikenalnya ini. "Lha nanti saya belanja ke mana, Bu?", tanya Ibu Ida. "Coba aja dilihat daftar DP di sekitar situ. Klik tombol 'Daftar DP" di bagian atas, terus pilih yang paling dekat dengan rumah Bu Ida", jawab Ibu Budi. "Terus, harga barang-barangnya gimana?", tanya Ibu Ida lagi. "Di sebelah tombol [Daftar DP] tadi kan ada tombol [Katalog Harga], Bu. Klik aja di situ.", jawab Ibu Budi. Dalam sekejap daftar barang terkini muncul di layar komputer Ibu Ida. Selintas Ibu Budi mengamati daftar harga tersebut. "Wah, harganya bagus, Bu. Baiklah, saya mau gabung. Caranya gimana, ya?", kata Ibu ida dengan antusias.
"Ibu Ida punya kartu kredit, kan? Bisa join onlein koq Bu. Klik aja tombol [Gabung Sekarang], terus isi nomor kartu kredit Ibu. Ada biaya kartu kredit tambahan 3%, gak apa-apa kan Bu... yang penting praktis. Beli aja dulu bisnis pek-nya. 150rb ditambah 3% jadi 154.500,-. Kalau ngga, pake mobail bengking BCA juga bisa, Bu. Kalau pake BCA biaya transfernya lebih murah, cuma 500 perak. Bu Ida juga bisa sekalian pilih barang yang mau dipesan, nanti diantar sama DP pilihan Ibu tadi.", demikian Ibu Budi memberi penjelasan.
Singkat kata, Ibu Ida bergabung. Bukan cuma belanja, karena tertarik dengan peluang usahanya Ibu Ida sekalian gabung jadi anggota Koperasi, bahkan sampai membeli 15 unit modal dari beberapa unit bisnis di Interbiz.
Maka pagi itu Ibu Budi kembali mendapatkan beberapa notifikasi tambahan...
"Ida Puspa bergabung langsung di group Anda, Anda mendapat 6000 Pts"
"Ida Puspa bergabung sebagai anggota Koperasi"
"Ida Puspa membeli 5 unit bisnis HTLSNR47, Anda mendapat bonus mentoring Interbiz sebesar 100,000 Pts / Rp500.000,-"
"Ida Puspa membeli 10 unit bisnis ABJN681, Anda mendapat bonus mentoring Interbiz sebesar 200,000 Pts / Rp1.000.000,"
** TAMAT
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Kabar baiknya, fiksi ini bisa segera jadi kenyataan dalam waktu singkat. Fiksi atau fakta tergantung Anda, rekan" seperjuangan jaringan pendobrak di KERaN. Salam koperasi, MERDEKA!
0 comments:
Post a Comment